Ketika burung-burung beterbangan di angkasa, menghirup udara yang menerpa keras wajah serta sayap-sayap kebebasan yang mengepak, memandang hamparan hijau lembah dan bentangan biru kemerahan permadani senja, itulah saat sonata kebebasan mereka didendangkan. Kepuasan jiwa dari relung-relung terbelenggu, terpaan angin keras di sekujur tubuh, melepaskan jubah beban yang telah dikenakan sepanjang keragaanku.
Ketika ikan-ikan berenang di lautan, menyelami kedalaman air yang tenang menggapai dasar lautan kelam yang hampir tidak dapat ditembus sinar surya, dengan ketenangan tanpa akhir dalam kesendirian, kebebasan dalam pandangan keindahan alam dasar laut yang kelam, menelanjangi jiwa dan membawanya ke peraduan kesucian, untuk memutuskan seluruh rantai beban yang telah menahan jiwa kebebasan dan membawanya pada kesederhanaan alami dari sebuah cinta sejati.

Saat jiwa-jiwa lain berteriak untuk suatu kebebasan atau jika jiwa lain harus terbang mengarungi angkasa atau menyelam hingga dasar samudra, jiwaku hanya perlu terbang mengarungi angkasa senyuman indahmu dan menyelam ke dasar hatimu, karena aku tahu aku akan menemukan pelabuhan mutiara kebebasanku di sinar kedua bola matamu.
Jika kau bertanya apa arti puisi bagiku dengan tatapan lembut indah bola matamu, dengan senyuman dan seraut rona wajah itu, aku akan berkata puisi bagiku adalah kau, jiwa dan hidupku.
Labels:
Prosa-prosa kehidupan
0 comments:
Posting Komentar